Ini Tentang Kebersamaan Kita

surat untuk ananda

Nak, terima kasih telah lahir ke dunia di waktu yang tak kami duga. Entah senang, entah kaget, entah apalah yang jelas kamu bukanlah beban bagi kami. Justru kelahiranmu membuka pintu rejeki yang tak pernah kami duga sebelumnya. Maka terangkatlah derajat kami perlahan sejak kehadiranmu.

Tahun kedua adalah tahun dimana bunda mulai menikmati keberadaan kamu, nak. Menikmati setiap detik apa yang kita lakukan bersama. Memperhatikan setiap detail perkembangan kamu. Saat ini kamu sedang belajar merangkai kalimat dan mengungkapkan apa yang kamu inginkan atau rasakan. Bunda mencoba memahami tiap kata dan bahasa yang kamu ungkapkan meskipun kadang bunda tidak mengerti bahasamu sehingga membuatmu kesal dan mengamuk. Tak mengapa, nak itu artinya bunda harus lebih sabar lagi. Dari kamu nak, bunda memahami apa yang dinamakan kesabaran itu.

Awalnya bunda memang kurang sabar menghadapi kamu yang masih belum bisa mengontrol emosi kamu. Bunda suka membentak bahkan suka mencubit kamu. Bunda kelabakan menghadapi kamu, nak. Tahukah nak setelah melakukan itu diam-diam bunda menangis karena merasa bersalah. Tidak seharusnya bunda menggunakan kekerasan untuk menghadapimu. Maafkan bunda, nak. Bunda masih harus banyak belajar untuk menjadi ibu yang sempurna. Walaupun titik kesempurnaan itu tidak mungkin bunda capai tapi bunda akan selalu belajar, belajar, dan terus belajar demi kamu, nak. Demi kenyamanan kamu bersama bunda.

Untunglah semua itu tidak berlangsung lama karena bunda sadar, semua itu tidak akan membuatmu tenang  namun justru kamu semakin mengamuk bahkan tak jarang membuatmu menghindari bunda karena takut. Ada satu kejadian dimana bunda sadar jika bentakan dan cubitan bukanlah solusi yaitu saat kamu menolak pelukan bunda dengan tendangan kecilmu dan kamu mendorong bunda, menyuruh bunda pergi menjauh dari kamu. Saat itu juga hati bunda hancur dan bunda sadar kamu sedang membenci bunda. Akhhirnya bunda membiarkanmu nangis sepuasnya. Ketika tenang dan tangismu mulai mereda, pelan-pelan bunda mnghampirimu dan meminta maaf padamu namun kamu masih takut dan enggan mendekat.

“Maafin bunda. Maaf yaa, sini peluk bunda, sayang bunda yaa. Bunda nggak marah lagi kok, nggak nyubit lagi. Bunda di sini sama Aliya.”

Akhirnya kamu memeluk bunda sambil sesegukan dan tiba-tiba mencium bunda. Sejak itu jika kamu mengamuk lagi, bunda akan membiarkan kamu mengamuk sepuasnya. Toh dengan sendirinya kamu akan diam dan meminta pelukan bunda. Menghadapi semuanya dengan kesabaran dan kelembutan ternyata jauh lebih baik dibanding mementingkan emosi dan ego kita sebagai orang tua.

Anakku ajari aku bahasamu karena bahasamu adalah sumber dimana kesabaranku bertambah tanpa batas

Terima kasih sudah membuat bunda belajar banyak hal. Tentang kesabaran, tentang keikhlasan, tentang semangat, dan tentang ketegaran yang mungkin tidak akan pernah bunda dapatkan jika saja bunda bukanlah seorang IBU. Pun ayahmu lebih belajar untuk tidak mengeluh karena senyum tawamu. Dan ayah bisa mempertegak dada untuk meningkatkan perlindungannya terhadap kita, kamu dan bunda. Jika saja ayah bukanlah seorang AYAH.

Tidak terasa waktu terus berlalu sampai di usiamu yang ketiga tahun. Kamu sudah lancar bicara dan senang menceritakan kejadian yang kamu alami beberapa waktu lalu, tentu saja ceritamu itu dicampur dengan imajinasimu yang luas. Bunda juga berhasil belajar sabar, mendidikmu tanpa kekerasan. Tidak ada lagi cubitan jika kamu sedang menguji kesabaran bunda walaupun kadang masih keluar bentakan dan amarah dari mulut bunda. Bunda tidak akan pernah merasa bersalah dengan amarah bunda ini. Itu justru suatu bentuk rasa sayang bunda ke kamu.

Walaupun masih tiga tahun, kamu sudah harus memahami mana yang benar dan salah. Kamu sudah harus memahami mana yang baik dan buruk. Kamu sudah waktunya berbagi kepada sesama temanmu dan membuang jauh rasa egois. Ini kehidupan nak, suatu saat kehidupan lebih keras dari amarah dan didikan bunda. Walaupun hampir semua artikel parenting menyarankan tidak mengenalkan kata “jangan”untuk anak seusia kamu ini tapi bagi bunda kamu harus mengenal kata itu dari awal, tentu saja dengan berbagai alasan yang masih bisa kamu pahami.

Nak, kebersamaan kita ini masih sebentar. Di sana masih ada waktu yang akan kita jelajahi bersama, masih ada kehidupan yang bernama masa depan. Bunda tidak tahu sampai kapan usia bunda pun bunda juga tidak tahu sampai kapan usia kamu di dunia ini, yang bunda tahu suatu saat kita pasti berpisah. Entah siapa yang akan pergi lebih dulu. Kamu atau bunda? Terlalu dini membayangkan perpisahan tapi cepat atau lambat itu pasti akan terjadi. Oleh karena itu hargainya setiap kebersamaan kita, hargailah kasih sayang yang telah bunda miliki untukmu sejak kamu masih di dalam kandungan. Tidak nak, bunda tidak menuntut balasan apapun darimu. Hanya saja kamu harus tahu bahwa berbuat baik terhadap sesama dan berbakti terhadap orang tua itu tidak menunggu waktu. Maka itu lakukanlah semuanya dengan ikhlas selama kamu mampu tanpa mengharapkan apapun kecuali ridho Allah.

Ingatlah selalu nak, orang tuamu bukan hanya ayah dan bunda tapi kelak guru-gurumu di sekolah adalah orang tuamu juga. Patuhilah mereka karena mereka juga yang akan membantu ayah dan bunda untuk mendidikmu kelak. Jangan pernah melanggar mereka, apalagi menertawakan mereka karena kamu bisa menjadi manusia yang berguna juga karena mereka. Pahamilah kekurangan mereka serta kenanglah kelebihan mereka dan jika ada kesempatan teruslah berbakti terhadap mereka.

Suatu saat jika kamu jatuh cinta kepada siapapun, bunda berharap kamu menyadarinya bahwa ayah dan bundamu ini yang pertama kali mencintai dan menyayangimu. Bahkan sejak kamu masih di dalam kandungan dan belum mengetahui rupa serta kesempurnaanmu seperti apa, kami sudah mencintaimu. Dan kamilah yang pertama kali berjuang untuk hidup dan keberlangsungan hidupmu kelak. Sehingga kamu tidak menemukan jalan yang salah ketika kamu jatuh cinta nanti.

Bunda tidak berharap banyak padamu selain kemandirianmu kelak, kesholehanmu, dan kepatuhanmu terhadap aturan-aturan yang telah kamu yakini sehingga kamu bisa menjadi anak yang berguna bagi siapapun yang membutuhkan

Surat tentang kebersamaan kita kali ini mungkin cukup berat untuk kamu pahami karena kamu baru mengenal sebagian kecil huruf-huruf dengan pemahamanmu yang masih terbatas. Tapi bunda yakin kelak ketika kamu membaca surat ini, kamu akan memahami bahwa tulisan ini adalah salah satu bentuk kasih sayang bunda yang tanpa batas. Entah kamu akan tersenyum atau terharu jika membacanya nanti.

With Love,

Bunda

Bekasi, 23 Februari 2015

8 thoughts on “Ini Tentang Kebersamaan Kita

  1. Nikmati momentum yang indah saat anak masih kecil karena waktunya cuma sebentar setelah itu ….jika anak sudah dewasa tidak ada lagi tangis dan rengekan ….
    Tulisan indah, bagus, realistis dan menyentuh…semangat my dauhter…sukses doa papa untuk kalian sekeluarga. amin.

    Like

Leave a comment