Dua Puisi Untuk Eyang Kakung

Setiap orang pernah merasakan yang namanya kehilangan dan seumur hidup saya baru merasakan sampai akhirnya benar-benar memaknai apa itu kehilangan ketika saya harus berpisah selamanya dengan Eyang Kakung (mewek dah gue kalo udah nulis tentang beliau #SediainKotakTisue). Entah kalo suatu saat nanti saya kehilangan kedua orang tua saya atau suami aduh gak bisa bayangin bakalan sedih kayak apaan. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan dan mau tidak mau saya harus siap dengan perpisahan tersebut apapun bentuknya.#MendadakBijak

Berikut tiga puisi yang masih saya simpan setelah kepergian Eyang Kakung lima tahun lalu. Gak terasa udah lima tahun aja hiks. #AlFatihah

Isyarat Kehilangan

aku dan isyarat kehilangan
awan mendung tanpa hujan
membawaku pada titik kepergianmu
dan aku hanya mengeja kedalaman rindu

Depok, 20 Februari 2010
dan saya tidak lagi menemukanmu di waktu Dhuha, di rumahmu

Rindu dan Hampa

Kepergianmu dalam sembunyi pamit
Tak pernah terjamah sesal
Inilah biduk
Hanya saja kedalaman rindu tak lagi terukur

Tetapi…

Aku harus terbiasa
menjejaki awan mendung
tanpa hampa
tanpamu…

Jakarta, 27 Februari 2010
sedang belajar terbiasa tanpamu

Sebentar lagi ya Eyang, haul yang kelima. Biasanya dulu sebelumnya ditanggal 25 Desember selalu saya ingat itu adalah hari ulang tahun Eyang. Semoga selalu tenang di sana AMIN. Insha Allah kita bertemu lagi di surga